Kamis, 15 Oktober 2009

Pengenalan Diri (part 1)

A. Pengertian Ma’rifat

Ma’rifat adalah kedekatan (qurb) itu sendiri, yaitu yang menguasai hati dan memberikan pengaruh didalamnya dengan sesuatu yang berpengaruh terhadap anggota-anggota badan. Sebuah contoh, ilmu seperti melihat api, sedangkan ma’rifat adalah seperti merasakannya.

Ma’rifat secara bahasa (etimologis) pengetahuan Ilahi. Ma’rifat adalah cahaya yang disorot pada hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Inilah pengetahuan hakiki yang datang melalui “penyingkapan” (kasyf), “penyaksian” (musyahadah), dan “cita rasa” (dzawq). Pengetahuan ini berasal dari Allah SWT.

Jadi ma’rifat berati ilmu yang tidak menerima keraguan. Secara terminologi, ma’rifat adalah ilmu yang didahului oleh ketidaktahuan. Didalam istilah sufi, ma’rifat berarti ilmu yang tidak menerima keraguan apabila objeknya adalah dzat dan sifat-sifat Allah SWT. Ma’rifat dzat adalah mengetahui bahwa Allah SWT. Ada, Maha Esa, Maha Tunggal, Dzat Maha Agung, yang berdiri sendiri dan tidak ada yang menyerupai. Ma’rifat sifat adalah engkau mengenal bahwa Allah SWT. Maha hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan sifat-sifat lainnya.

Al-Junayd berkata hajat hikma pertama yang dibutuhkan oleh hamba adalah ma’rifat mahluk terhadap Khalik. Mengenal sifat-sifat pencipta dan yang tercipta bagaimana ia diciptakan. Sehingga diketahui sifat pencipta (Khalik) dari mahluk.

Apa tanda-tanda ma’rifat ?!, tanda-tanda ma’rifat adalah hatinya telah hidup bersama Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Daud, tahukah kamu, apakah ma’rifat itu ?. daud menjawab “Tidak”, Allah SWT. berfirman, “ialah hati yang hidup ketika melihat-Ku.

B. Cara Menuju Ma’rifat

Meskipun mata tertidur, niat dan cita-cita untuk mencapai ma’rifat itu ada didalam hati, kemudian ma’rifat tersebut hendaknya dicari dengan kebenaran hati dan pikiran sehingga Tuhan memberikan karunia-Nya yang terbesar kepadanya.

Ma’rifat tidak dapat dibeli atau dicapai melalui usaha manusia. Ma’rifat adalah anugerah dari Allah SWT. setelah seseorang berada pada tingkatan ma’rifat. Si “Arif(ahli ma’rifat) akan mengenal rahasia-rahasia Allah SWT. Allah SWT . memperkenalkan rahasia-rahasia-Nya kepada mereka hanya apabila hati mereka hidup dan sadar, melalui zikrullah, dan hati memiliki bakat, hasrat dan keinginan untuk menerima rahasia ketuhanan. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw. bahwa “Mataku tidur tetapi hatiku senantiasa terjaga”.

Abu Yazid al-Bisthamy ditanya “dengan apa engkau mencapai ma’rifat ?” dia menjawab melalui perut yang lapar dan tubuh yang telanjang.

Al-Junayd menyatakan, “seorang ‘Arif tidak akan menjadi ‘arif sampai dia menjadi seperti bumi diinjak oleh orang yang baik maupun jahat, dan sampai dia menjadi seperti awan; menerangi semua mahluk, dan sampai dia menjadi seperti hujan; menyirami segala sesuatu, baik yang mencintainya maupun yang membencinya”.



Penulis :
HADARAH RAJAB
Diketik ulang :
RAHIM PULUNGAN

Download Artikel Ahlak Sufi disini